BPIW Bahas Efisiensi Mandiri Anggaran 2026 dan Progres Pelaksanaan NUDP
Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) menyelenggarakan Rapat Pembahasan Efisiensi Mandiri
dalam Penyusunan RKA-K/L Tahun Anggaran 2026 dan Pemantauan Pelaksanaan Kegiatan National Urban
Development Project (NUDP). Kegiatan ini berlangsung di Ruang Rapat Lantai 2 Gedung G, Kementerian
Pekerjaan Umum (PU), pada Senin, 8 September 2025.
Rapat dilaksanakan sebagai persiapan penyusunan RKA-K/L pagu alokasi anggaran TA 2026 serta
pelaksanaan kegiatan NUDP. Dalam rapat ini, dibahas dua poin penting, yaitu efisiensi anggaran dan
progres pelaksanaan program NUDP. Keduanya menjadi fokus utama agar seluruh jajaran memiliki
pemahaman yang sama, sehingga pelaksanaan program berjalan seragam dan terarah.
Kepala BPIW, Bob Arthur Lombogia, dalam arahannya menyampaikan bahwa rapat ini merupakan kelanjutan
dari diskusi sebelumnya bersama Biro Perencanaan Anggaran dan Kerjasama Luar Negeri. Ia menegaskan
pentingnya efisiensi mandiri yang harus dilakukan oleh masing-masing unit kerja, sebagai bentuk
komitmen dalam menyusun skala prioritas kegiatan yang sesuai dengan keterbatasan anggaran di Tahun
Anggaran 2026.
“Rapat ini menjadi bagian dari upaya efisiensi mandiri yang harus kita lakukan secara serius. Kita
harus mampu menyusun prioritas yang jelas agar anggaran dapat digunakan seefektif mungkin,” ujar
Bob.
Bob juga menyampaikan hasil pembahasan bersama Menteri PU dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan
DPR RI, di mana BPIW mendapat alokasi pagu anggaran sebesar Rp172,93 miliar untuk tahun 2026. Di
samping itu, Bob memperkenalkan program baru yang tengah dikembangkan BPIW, yaitu program
pembangunan perkotaan berkelanjutan sebagai salah satu langkah transformasi pengelolaan wilayah
perkotaan di Indonesia.
Dalam kesempatan tersebut, Bob menegaskan kepada Pejabat Tinggi Pratama pentingnya melakukan
efisiensi mandiri melalui mekanisme automatic adjustment (AA).
“Pejabat eselon II harus mampu menentukan skala prioritas dan melakukan efisiensi mandiri. Hal ini
agar kita dapat mengelola anggaran dengan bijak,” jelasnya.
Sekretaris BPIW, Riska Rahmadia, turut menyampaikan beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dalam
pelaksanaan efisiensi anggaran. Ia menjelaskan bahwa Presiden RI telah menginstruksikan agar seluruh
kementerian dan lembaga melaksanakan efisiensi anggaran secara mandiri untuk Tahun Anggaran 2026.
Hal ini berlaku pula bagi seluruh unit di Kementerian PU, termasuk BPIW.
Riska menambahkan, “Setiap unit kerja harus segera menyusun langkah efisiensi dan melaporkan
hasilnya kepada Biro Perencanaan Anggaran dan Kerja Sama Luar Negeri sebelum penetapan pagu alokasi
anggaran. Jika tidak, Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan akan melakukan penyesuaian
secara otomatis pada tahap penelaahan.”Untuk mendukung hal tersebut, Sekretariat BPIW akan
memfasilitasi pelaksanaan efisiensi ini melalui clinic sessions, agar seluruh unit kerja mendapat
pendampingan yang memadai dalam mengidentifikasi efisiensi anggaran pada tahap penyusunan RKA-K/L.
Setelah membahas efisiensi anggaran, rapat dilanjutkan dengan evaluasi pelaksanaan kegiatan NUDP.
Kepala BPIW menegaskan pentingnya pembangunan infrastruktur yang terintegrasi dan berbasis potensi
lokal untuk mendukung transformasi perkotaan di Indonesia.
“Transformasi kota tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri. Kita butuh komitmen bersama dari semua
pihak, dengan fokus pada delapan indikator transformasi kota dan empat pilar pengembangan wilayah,”
ujar Bob.
Ia menjelaskan bahwa delapan indikator tersebut meliputi peningkatan kinerja kota, integrasi
infrastruktur, pelayanan publik yang efisien, penguatan kapasitas SDM, perubahan perilaku
masyarakat, pengembangan sektor unggulan, daya dukung lingkungan, dan pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan.
Bob juga menguraikan empat pilar dasar pembangunan wilayah, yakni infrastruktur lintas sektor, modal
(pembiayaan dan tenaga kerja), institusi yang mendukung regulasi dan investasi, serta partisipasi
masyarakat secara inklusif. “Masyarakat bukan hanya objek pembangunan, tapi subjek yang harus
dilibatkan aktif,” tambahnya.
Lebih lanjut Bob menekankan bahwa mewujudkan pembangunan kota berkelanjutan, Bob menekankan enam
aspek daya dukung utama yang harus diperhatikan, mulai dari infrastruktur, sosial budaya dan
identitas kota, lingkungan, ekonomi, hingga kelembagaan.
Rapat ini dihadiri oleh Kepala Pusat Pengembangan Infrastruktur PU Wilayah Nasional Zevi Azzaino,
Kepala Pusat Pengembangan Infrastruktur PU Wilayah I Benny Hermawan, Kepala Pusat Pengembangan
Infrastruktur PU Wilayah II Airlangga Mardjono, dan Kepala Pusat Pengembangan Infrastruktur PU
Wilayah III Pranoto, pejabat administrator serta Ketua Tim di BPIW. (Fir/Tiara)